tag:blogger.com,1999:blog-61164974641392970042024-03-13T04:45:59.882-07:00Dunia CitaImajinasi Tingkat Tinggi, Kreasi Tanpa Batas. . .!Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.comBlogger35125tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-91307422205205177142013-07-06T02:51:00.002-07:002013-07-06T02:53:27.150-07:00@<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">~~ sabar itu tidak ada batasnya.. sabar itu bukan berarti pura-pura tersenyum di atas penderitaan, membiarkan diri kalah dan tertindas. tapi, sabar itu adalah sebuah konsistensi diri, keahlian untuk mengendalikan emosi negatif dan kemampuan untuk menerima berbagai situasi buruk dengan pikiran sehat, tanpa tekanan ~~</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-47690224126991627162013-07-05T20:37:00.001-07:002013-07-05T20:37:37.663-07:00Diantara Dua Wajah<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Sejujurnya, aku merasa ia terlalu berlebihan. Ia bukan
siapa-siapa, tapi sikapnya melebihi ibu kandungku. Ia baik, sangat baik.
Bahkan, terlalu baik. Aku memanggilnya Tante. Tentu saja, itu hanya sapaan
akrabku padanya. Ia bukan adik Ayahku, juga bukan adik Ibuku. Tidak ada
hubungan kekerabatan, tidak ada garis silsilah keluarga sama sekali. Ia hanya
seorang perempuan keturunan Jawa Menado, rekan kerja Ayahku.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku kali pertama mengenalnya kira-kira tujuh tahun yang lalu.
Saat itu, aku sedang menjalani akhir semester kuliah, sedang sibuk-sibuknya
mengerjakan skripsi, nyaris seluruh waktuku habis di depan layar PC.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Sore itu, seperti biasa, aku mengurung diri di kamar. Aku
tidak ingin diganggu. Tapi, tiba-tiba ada yang mengetuk-ketuk pintu kamarku dan
memanggil-manggil namaku. Sebenarnya malas beranjak, namun kupastikan itu suara
Ayah, ia memanggilku berkali-kali, terpaksa kubukakan pintu.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“sedang apa kau?” tanya Ayah.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Sedang mengerjakan skripsi, Yah,” jawabku malas-malasan.
“Tinggal dua bab lagi, jadi harus ngebut biar cepat selesai”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Rapikan baju dan rambutmu,” ujarnya kemudian.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku menatapnya heran.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ada tamu, teman Ayah,” jawabnya. “Ayah ingin mengenalkannya
padamu, sebentar saja. Semua sudah menunggu di ruang tamu”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Kakak? Adik?” tanyaku memastikan.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Iya, semua,” jawabnya cepat.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Baiklah, tunggu sebentar, Yah”, Ayahpun berlalu.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Kututup pintu kamarku dan segera berdiri di depan kaca.
Kulihat sekilas, hmm… berantakan sekali aku hari ini! Wajahku kusut, tampak
lelah sekali. Rambutku kuikat di belakang kepala dengan poni kujepit ke atas.
Aku tidak suka poniku berhamburan di dahiku sehingga menghalangi pandanganku.
Tentu saja, itu mengganggu konsentrasiku. Lalu… Astaga! Tank top polkadot
berwarna merah putih dan celana pendek khas Bali dengan corak bunga-bunga mekar
berwarna biru! Secara keseluruhan, penampilanku hari ini buruk sekali! Kalau
aku masuk rubrik mode di sebuah harian pagi, mungkin seluruh pengamat mode hari
ini akan mengacungkan jempol terbalik untukku. Ow… owww… <em>it’s so bad</em>!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Segera kubuka lemariku, kupilih baju di tumpukan teratas. Itu
baju yang paling licin, karena baru kusetrika. Sebuah t-shirt lengan panjang
motif garis-garis warna warni. Ini untuk mengelabui mereka, biar aku terlihat
lebih ceria. Lalu kuambil celana jeans pensil berwarna biru yang menggantung di
<em>cantolan</em> baju belakang pintu. Segera kukenakan dan kembali kulihat
pantulan gambar diriku di cermin. Oh! Jauh lebih baik dari sebelumnya. Tapi,
ada yang kurang. Rambutku! Kulepas ikatannya juga jepit poniku. Kubiarkan
rambutku yang panjang bergelombang jatuh terurai di bahu dan poninya menutupi
sebagian dahiku. Lalu, kusapukan sedikit bedak tabur di wajah untuk mengurangi
kilap di muka dan sedikit lip gloss warna <em>pink</em> natural di bibir
mungilku. Kuamati sekali lagi, dari atas ke bawah. Sempurna!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Pintu kamarku kembali diketuk dan aku lebih dulu membukanya
sebelum namaku dipanggil. Sudah ada Ayah di depan pintu dengan pandangan
ganjil. Seolah matanya berbicara, hai lama sekali! Apa yang kau lakukan di
dalam?! Ini bukan kencan pertamamu! Aku hanya memintamu untuk menemui temanku!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku mengekor di belakang Ayah, menuju ruang tamu. Benar,
semua sudah berkumpul. Minuman dan makanan ringan juga sudah tersaji di meja.
Ibu tampak sedang bercakap-cakap hangat dengan seorang perempuan. Mm…
kuperkirakan usianya sekitar 40 tahun, 5 tahun di bawah Ibu. Perawakannya
lumayan tinggi, kira-kira 165 cm, berkulit kuning, rambut lurus sebahu tanpa
poni, bibir tipis, dan mata agak sipit. Awalnya kukira ia memiliki sepasang
mata yang tajam, namun segera kuralat. Kupastikan itu bukan sorot mata tajam,
tapi sorot mata keji. Ah! Tapi dugaanku terlalu berlebihan. Ia bukan pembunuh,
juga bukan kanibal! Lalu, ada dua orang gadis kecil di sebelah perempuan itu.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku tersenyum padanya dan duduk di sebelah Ibu, di depan
Ayah. Lalu, Ayah melirikku dan menggerakkan bola matanya ke arah perempuan itu.
Aku mengerti isyaratnya, selalu begitu.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Selamat sore…” sapaku sambil menjabat dan mencium tangannya.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku terbiasa mencium tangan orang yang usianya lebih tua
dariku. <em>Salim</em>, begitu istilahnya, sudah menjadi adat ketimuran untuk
menghormati orang yang lebih tua. Orang tuaku yang mengajarkannya padaku sejak
kecil.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Ia menyambut tanganku dengan genggaman hangat.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Cantik sekali,” pujinya sambil tersenyum.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Terima kasih,” balasku. “Tante juga cantik”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Ups! Maaf, aku terpaksa berbohong. Sejujurnya, dia biasa
saja, tidak terlalu cantik. Spontan kupanggil dia Tante, mungkin karena ia
tampak belum terlalu tua.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ini Tante Tania, teman sekantor Ayah”, jelasnya. “Tadi ada
keperluan di dekat sini. Jadi, Ayah mengajaknya mampir, mumpung besok libur”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku hanya mengangguk-angguk sambil tetap menjaga senyum <em>sok</em>
ramah. Padahal, dalam hati, aku ingin mereka segera pergi dan melanjutkan
mengerjakan skripsi.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ini anak-anak Tante Tania” Ayah menunjuk pada dua gadis
cilik itu. “Kakaknya bernama Frederika, adiknya Margaret”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ooh manis-manis sekali”, aku terpaksa berbasa-basi. “Cantik
seperti ibunya”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Heran, kenapa aku masih bisa berusaha bersikap ramah pada
mereka. Padahal, aku tidak menginginkan mereka berlama-lama disini. Harusnya,
aku bersikap ketus saja biar mereka merasa tidak diterima dan cepat-cepat
pergi. Atau, aku pura-pura sakit agar bisa dengan leluasa minta ijin istirahat
di kamar dan melanjutkan tugasku tanpa gangguan mereka.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Kuamati kakak dan adikku di kursi seberang meja. Kakak tampak
tenang dan wajar saja. Memang sambutannya tidak terlalu ramah, tapi ia seperti
tidak terganggu dengan keberadaan mereka. Kupastikan kakak menerima mereka,
tidak ada tanda penolakan. Sedang Adik, sepertinya ia sependapat denganku.
Wajahnya tidak terlalu bersahabat. Bahkan, beberapa kali kulihat ia melirik ke
arah jam dinding dan memerosotkan badannya di kursi, pertanda bosan. Dan Ibu,
tentu saja ia selalu ramah pada siapapun.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ayo, <em>salim</em>,” perintah Tante Tania pada kedua
anaknya. “Tadi <em>kan</em> sudah kenalan sama kakak-kakak yang ganteng,
sekarang kenalan sama kakak yang cantik”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Kedua bocah itu memandangku bersamaan, kemudian menghampiriku,
menyalami dan mencium tanganku dengan terpaksa. Lalu, kembali duduk di samping
Ibunya, seperti robot kecil.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Tante Tania beberapa kali melihat jam tangannya. Pertanda
baik! Mungkin sebentar lagi ia akan pamit. Aku sudah tidak sabar menunggunya.
Lelah rasanya, tempat duduk ini semakin panas saja! Aku ingin secepatnya
beranjak, menghambur menuju kamar dan merebahkan badanku sejenak. Maklum,
hampir seharian aku duduk di depan komputer.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Sepertinya sudah sore,” ujar Tante Tania kemudian. “Sebaiknya
saya permisi dulu, takut kemalaman.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Bagus! Batinku.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Lho, kenapa buru-buru?” ujar Ibu berbasa-basi.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Langsung pulang ke Surabaya?” tanya Ayah.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Iya,” jawabnya. “Sebenarnya saya punya saudara yang rumahnya
tidak jauh dari sini, tapi saya tidak enak. Takut mengganggu. Jadi, lebih baik
langsung pulang saja”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Kalau begitu, menginap disini saja!” kata Ayah.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku berpandangan dengan adik. Pikiran kami sama, kami tidak
mau mereka disini.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Iya, menginaplah disini, semalam saja,” tambah Ibu. “Sudah
malam, lagipula besok <em>kan</em> libur”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Ooohh tidaaaak!! Basa basi Ibu keterlaluan! Tidur dimana
mereka? Di rumah kami tidak ada kamar tamu. Kalau mereka bermalam, pasti mereka
tidur di kamarku. Dan itu artinya, aku yang harus mengalah. Tidur semalam di
depan televisi dengan kasur lipat. Huuhh!! Atau, mungkin kakak yang akan
mengalah. Mungkin ia akan meminjamkan kamarnya padaku. Tapi, tetap saja! Lebih
baik mereka segera pergi!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Tidak usah, kami tidak ingin merepotkan,” ujar Tante Tania.
“Kami permisi saja”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Betul! Memang seharusnya begitu. Awas saja kalau dia sampai
menerima tawaran Ayah dan Ibu.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ah! Tidak apa, jangan sungkan-sungkan,” tegas Ayah sambil
memberi isyarat mata pada Ibu. Lalu, ibu segera bergegas ke dalam dan kembali
lagi beberapa menit kemudian.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Saya sudah menyiapkan kamarnya, silahkan,” ujar Ibu.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Apa?! Aku berjalan menuju Ibu dan menarik lengannya perlahan.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Jangan bilang, Ibu sudah merapikan kamarku,” bisikku.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Memang sudah,” jawab Ibu. “Hanya semalam saja, mengalahlah.
Kau tidak ingin membantah Ayah, <em>kan</em>?”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Tapi, Bu…”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Sudah…,” potong Ibu.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku membuka pintu kamarku dan kulihat memang sudah rapi.
Tapi??</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ibu??!!” teriakku setengah histeris. “Dimana Ibu simpan
kertas-kertas yang berserakan di lantai tadi?”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Ibu mengacungkan jari telunjuk di bibirnya. Itu artinya, ia
menyuruhku diam.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ibu tidak membuangnya, kan?” tanyaku lirih.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Tentu saja tidak!” Ibu menunjuk tumpukan kertas di meja
komputer.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
‘Seharusnya Ibu tidak perlu membereskan kertas-kertas itu!”
sahutku kesal. “Kenapa tidak bertanya dulu? Biar kubereskan sendiri, Bu”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ah! Terlalu lama,” jawab Ibu.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Tapi itu kertas-kertas yang halamannya sudah kuurutkan,
Bu..!” jeritku. “Pasti Ibu hanya menumpuknya saja tanpa memperhatikan
urutannya!”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku hampir saja menangis karena kesal.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ibu mempersulit pekerjaanku, Ibu menghancurkan tugasku!”
hampir saja aku meluapkan emosiku pada Ibu, namun kudengar suara Ayah semakin
mendekat.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Silahkan,” ucap Ayah.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Tante Tania dan kedua anaknya sudah di depan pintu kamarku
dengan membawa serta barang-barangnya. Aku terpaksa mengalah.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div align="center" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: center;">
@@@</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Sudah lama sekali aku tidak pernah bertemu dengan Tante
Tania, sejak pertemuan pertama dulu. Sejak ia menggusurku semalaman dari
kamarku dan membuatku harus bekerja ekstra keras! Mengurutkan halaman tugasku,
lebih dari 300 halaman, bayangkan! Ia membuatku pusing. Memang itu salah Ibu,
tapi ia penyebabnya!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aneh. Sikap Ayah terlalu berlebihan. Ibu juga. Ia selalu
membela Ayah. Kenapa harus selalu bersikap hormat dan super ramah? Padahal
Tante Tania bukan siapa-siapa. Harusnya diperlakukan sewajarnya saja, seperti
tamu-tamu lainnya.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Beberapa kali ia mampir ke rumah, selalu dengan kedua
anaknya. Pernah sekali, ia mampir dengan Om Danu, suaminya. Tak ada yang
penting, hanya mampir saja, kata Ibu. Tapi, aku selalu menghindar, selalu ada
alasan untuk tidak bertemu muka dengan mereka. Kadang, aku pamit hendak
berangkat kuliah. Padahal, sebenarnya aku hanya pergi bermain ke rumah temanku.
Setiap kali mampir, ia selalu membawa bingkisan. Paling sering, ia bawakan
parcel buah atau roti Breadtalk aneka rasa. Bahkan, ia pernah membelikan baju
untukku dan Ibu. Enak juga <em>sih</em>! Jujur, aku hanya menyukai
oleh-olehnya. Jahat memang.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Tapi, harus bagaimana lagi? Aku tidak bisa berbasa-basi,
terlebih dengan kedua anaknya. Ayah selalu memintaku untuk mengasuh kedua anak
itu dan mengajaknya bermain. Padahal, bocah-bocah itu sudah bukan balita lagi,
meskipun juga belum bisa dibilang dewasa. Mereka masih SD. Lalu, aku harus
menemani mereka dengan cara apa?! Aku tidak suka anak-anak, apalagi anak Tante
Tania.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Entah kenapa, aku selalu mencurigai Tante Tania. Aku merasa,
ia bukan orang baik-baik. Tapi, kenapa kedua orang tuaku selalu menyambutnya
dengan hangat? Bahkan, mereka sudah menganggap Tante Tania seperti saudara.
Payah! Apa mereka tidak menangkap isyarat yang sama denganku? Kenapa hanya aku
yang merasakannya? Atau, ini hanya kebencian yang tidak beralasan? Hanya karena
ia pernah mengganggu tugas skripsiku waktu itu, lalu aku membencinya seumur
hidup? Begitukah? Memang, banyak yang bilang, mahasiswa semester akhir itu <em>sensi</em>,
seperti perempuan yang sedang datang bulan. Mungkin, aku salah satunya.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div align="center" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: center;">
@@@</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Akhirnya, aku lulus kuliah dan diterima bekerja pada salah
satu perusahaan swasta, sebuah cabang perusahaan farmasi di kotaku, sebagai
staff administrasi. Memang gajinya tidak terlalu besar, tapi lumayan.
Kuputuskan untuk menjalaninya saja, itung-itung cari pengalaman kerja sambil
mencari pekerjaan yang lebih baik.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Tante Tania sudah jarang mampir ke rumah, mungkin sedang sibuk.
Tapi aneh, kenapa sekarang justru aku yang mencarinya? Padahal dulu aku selalu
menghindarinya. Mungkin karena sekarang emosiku sudah mulai stabil, sehingga
aku bisa berpikir jernih dan mulai merasa bersalah karena sudah bersikap
kekanak-kanakan padanya, selama ini.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku hanya bertahan kira-kira satu tahun bekerja dan segera
kuniatkan untuk <em>resign</em> saja! Pekerjaannya membosankan, terlebih
gajinya terlampau kecil. Tidak sebanding dengan gelarku. Apalagi, perusahaan
ini lumayan ruwet, banyak kecurangan, permainan uang, dan perselingkuhan antar
karyawan. Lingkungan kerja yang tidak aman untukku.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku mulai melamar ke beberapa perusahaan. Kali ini, aku ingin
mencoba peruntungan di luar kota. Kupilih Surabaya, dengan pertimbangan jarak,
tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dari kota tempat tinggalku.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Sampai pada suatu saat, aku mendapat panggilan kerja dari
beberapa perusahaan di Surabaya. Agak bingung juga, karena aku masih buta
dengan kota Surabaya. Aku tidak hapal jalan di sana. Untung Ayah membantuku. Ia
bilang, telah meminta temannya untuk menjemputku di terminal dan mengantar
sampai tujuan. Akhirnya bisa bernapas lega.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Pagi-pagi sekali aku sudah berada di atas bus patas. Agak
mual selama dalam perjalanan, mabuk kendaraan. Lalu kuputuskan untuk tidur saja.
Sesampainya di terminal, aku turun dari bus dengan pandangan meyebar,
mencari-cari apakah ada yang mengenaliku. Dimana teman Ayah? Dan siapa? Lalu
seseorang memanggil namaku dan kuputar leherku ke arahnya.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Apa kabar?,” Tante Tania menyalamiku dan ia mempertemukan
kedua pipinya dengan pipiku, bergantian kanan dan kiri.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Baik, Tante,” jawabku gugup setengah kaget.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Orang yang selama ini kubenci ternyata justru menolongku!
Astaga, malunya aku!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Bagaimana kabar Tante dan adik-adik?” tanyaku.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Alhamdulillah…”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Ia merangkul bahuku, mengajakku segera beranjak dari tempat
itu, menuju tempat parkir motor. Sudah ada sebuah motor disana, lengkap dengan
dua helm dan ia juga telah menyediakan jaket untukku. Tak lama kemudian, ia
bersiap mengantarku ke tempat tujuan. Kutunjukkan sebaris alamat yang kutulis
rapi pada secarik kertas. Ia mengangguk tanda mengerti, aku duduk
dibelakangnya, dan ia segera mengendarai motornya dengan cepat.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Ia benar-benar tangguh di jalan. Ia menguasai jalanan dan aku
merasa aman bersamanya. Beberapa menit kemudian, sampailah di tempat tujuan.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Hubungi Tante kalau sudah selesai,” katanya padaku. “Tante
akan menjemputmu dan mengantarmu pulang”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku mengangguk dan tersenyum, tak lupa kuucapkan terima kasih
padanya.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Kira-kira 2 jam kemudian, selesai sudah <em>interview</em>nya.
Kutelpon dia. Tidak lama kemudian ia sudah berada di depanku, pasti ngebut. Ia
mengajakku makan dan mengantarku menuju terminal, pulang.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Sejak saat itu, hubungan kami menjadi dekat. Berkali-kali aku
menerima panggilan kerja di Surabaya, ia selalu mengantar jemput dan menjagaku.
Aku tidak pernah memintanya, tapi ia yang memaksa untuk membantuku. Ya, sudah <em>lah.</em></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Sampai akhirnya, aku diterima bekerja pada sebuah Rumah Sakit
berstandart internasional di Surabaya. Aku lega, karena sudah tidak merepotkan
Tante Tania lagi. Tapi, aku masih menjalin hubungan baik dengannya. Ia sudah
kuanggap seperti ibuku, ibu kedua setelah ibu kandungku. Bahkan, kadang aku
suka berkhayal bodoh. Aku suka membayangkan seandainya Tante Tania benar-benar
ibuku. Alangkah senangnya!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku menyesal pernah berlaku buruk padanya dan ternyata
dugaanku tidak terbukti, ia orang baik. Aku mengagumi Tante Tania. Ia perempuan
yang perkasa. Ia merawat kedua anaknya dengan baik dan tetap bersikap tenang di
hadapan semua orang. Padahal, rumah tangganya sedang di ujung tanduk. Ia
bercerita padaku, suaminya sudah tidak peduli lagi padanya, juga pada kedua
anaknya. Ia terpaksa harus memenuhi kebutuhannya sendiri dan menghidupi kedua
anaknya. Hidupnya begitu berat, namun ia masih sempat meluangkan waktu untuk
membantuku. Ia juga selalu melindungiku, menjagaku seperti anaknya kandungnya
sendiri. bahkan, bisa dibilang, ia terlalu <em>over protective</em> padaku.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Jauh berbeda dengan Ibu. Ibu hanya perempuan biasa, ibu rumah
tangga. Tidak tegas dan lemah. Saat berada di luar rumah, justru aku yang
selalu menjaganya. Ia selalu bertengkar dengan Ayah. Tidak ada yang bisa ia
lakukan untuk bertahan diri. Ia selalu mengalah dan bersikap tegar di depan
Ayah, tapi selalu menangis diam-diam tanpa sepengetahuan Ayah. Sejujurnya, aku
ingin memiliki ibu setangguh Tante Tania.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div align="center" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: center;">
@@@</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Sepulang bekerja, aku tidak sengaja berpapasan dengan Ny.
Linggar, di pintu keluar Rumah Sakit. Ia hendak menemui dokter spesialis <em>obgyn</em>,
berkaitan dengan ditemukannya benjolan kecil pada ovariumnya. Ia tampak
terburu-buru, hampir saja ia tidak melihatku kalau aku tidak menyapanya.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Ny. Linggar sudah lama kukenal. Ia salah satu rekan kerja
Ayah, teman Tante Tania juga.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Atiqa!” ujarnya girang saat melihatku.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Lalu, ia segera mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam tasnya
dan memberikannya padaku.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ini HP Tante Tania, aku menemukannya tertinggal di toilet
kantor,” ujarnya cepat. “Sebentar lagi, ia akan kesini untuk mengambilnya, tapi
aku sedang buru-buru. dr. Desak sudah menungguku, aku terlambat 20 menit”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku mengerti maksudnya.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Kau tidak keberatan <em>kan</em>, kalau aku menitipkannya
padamu? Tunggulah sebentar saja,” katanya. “Tante Tania sedang dalam
perjalanan. Kau tidak sedang tergesa-gesa, <em>kan</em>?”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Oh, tentu tidak,” jawabku. “Tidak apa”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Tunggulah disana” ia menunjuk barisan kursi tunggu di depan
ruang CT Scan, tepat di sebelah kanan, kira-kira 5 meter dari pintu keluar.
“Aku sudah terlanjur mengatakan padanya akan menunggu disana”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku mengangguk. Ia mengucapkan terima kasih padaku dan segera
berjalan cepat menuju lift.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku duduk sendiri, menunggu Tante Tania. Ponselnya masih
kugenggam. Berkali-kali berdering, kulihat nama di layar ponselnya, Sisca. Hmm…
pasti temannya. Kudiamkan saja. Tapi, ponselnya terus bergetar. Mungkin penting
sekali. Lalu, kuberanikan untuk mengangkatnya.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“<em>Honey</em>… dari mana saja kau?” ternyata seorang pria!
Suaranya terdengar cepat dan gelisah.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku hendak mengatakan, maaf aku bukan Tania. Aku menemukan
ponselnya tertinggal dan dia sedang dalam perjalanan untuk mengambilnya. Tapi,
orang itu menyahut lebih dulu.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Dari tadi aku menghubungimu tak ada jawaban,” ujarnya
sedikit kesal. “Kau selalu membuatku khawatir”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Tiba-tiba saja bibirku terkunci. Aku sedang berpikir, suara
pria itu tidak asing bagiku, tidak mungkin salah. Tapi, benarkah?? Ia memanggil
Tante Tania dengan sebutan <em>Honey</em>?!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Suara itu terus berbicara tapi aku tidak mendengarnya lagi.
Aku sibuk dengan pikiranku sendiri dan segera kutekan tombol <em>end</em>,
kuakhiri tanpa permisi.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku masih tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar.
Kubuka menu <em>contacts</em> pada ponselnya, kucari nama Sisca. Lalu, kutekan <em>more
– open contact</em>. Kutemukan sebuah nomer yang sangat kukenal, tidak salah
lagi.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Ponselnya bergetar pendek, sebuah sms masuk, dari Sisca lagi.
Langsung kubuka tanpa ijin.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“<em>Honey</em>? Kenapa tiba-tiba mematikan telponnya? Kau
sedang bersama Danu? Apa kau baik-baik saja? Seharian tadi aku tidak melihatmu
di kantor. Oh ya, aku senang membaca smsmu semalam, tentang Atiqa. Akhirnya, ia
bisa menerimamu. Ia anak yang keras kepala, kau harus bersabar”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Kutekan tombol <em>back</em> dan langsung terkunci otomatis.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Suara ketukan berirama di lantai terdengar begitu nyaring.
Seorang perempuan dengan sepatu bertumit tinggi baru saja datang. Ia agak terkejut
melihatku, lalu ia tersenyum dan melambai padaku. Ia berjalan ke arahku.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Astaga!!! Harus bagaimana sekarang?!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Cepat pergi! Yah, pura-pura tidak melihatnya dan langsung
pergi saja!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Tapi, bagaimana dengan ponselnya? Atau kutinggalkan saja
disini?! Tapi ia telah melihatku, dan aku juga jelas-jelas telah melihatnya,
aku tidak mungkin menghindar.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Lalu bagaimana?? Terus terang saja! Ya, bilang saja, maaf aku
tidak sengaja membuka ponselmu, dari tadi ponselmu berdering dan aku hanya
ingin mengatakan padanya bahwa ponselmu tertinggal. Tapi, aku menemukan ini.
Bisakah kau jelaskan padaku apa arti dari semua ini?</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aahh!! Bijaksana sekali!!!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Tidak bisa! Tidak mungkin bisa! Ini tidak termaafkan!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Dia yang bersalah, kenapa harus aku yang bingung bagaimana
harus bersikap? Sudah sepantasnya kalau aku marah! Ya, betul sekali! Untuk apa
ditahan-tahan lagi?! Aku akan langsung memakinya di hadapan semua orang.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Brengsek! Sialan!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Perempuan jalang!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Perempuan perebut suami orang!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Pembohong!!! Aku benci! Benciii!!!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku tidak ingin melihatmu lagi! Aku muak melihat muka
busukmu. Pergi dari sini!</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Lalu kudorong saja dia hingga jatuh tersungkur menciun kakiku
dan segera kutinggal pergi. Tapi, apa aku harus berlaku serendah itu? Aku
memang marah, sangat marah.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Langkahnya semakin mendekatiku, dan aku masih belum bisa
menentukan sikap.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Hai, cantik,” sapanya. Ia sudah berada di hadapanku. “Apa
kau melihat Ny. Linggar?”</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ya”, jawabku cepat.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku berusaha tetap tenang.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Ia menitipkannya padaku” kuserahkan ponsel itu padanya. Ia
tersenyum tanpa dosa dan mengucapkan banyak terima kasih padaku.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
“Maaf, aku tergesa-gesa” aku beranjak dari tempat duduk.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Ia meraih tanganku, menjabat tanganku dengan erat. Ia terus
menggenggam tanganku, menunggu sesuatu. Ya, tentu saja! Ia menunggu aku mencium
tangannya, <em>salim</em>, seperti biasa. Tapi, tidak kulakukan. Tidak lagi.</div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
Aku tersenyum tanpa paksaan, semua benciku terasa sirna,
emosiku mereda dalam sekejap. Aku melepas genggaman tanganku darinya, lalu
meninggalkannya tanpa penjelasan, seolah tidak terjadi apa-apa. Aku tidak
percaya bisa melakukannya.</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-29568311418922951932010-11-15T23:54:00.000-08:002010-11-15T23:54:01.873-08:00<div style="color: #674ea7; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span data-jsid="text">Aku seperti poci teh yang tidak bisa bernyanyi, dengan mulut bulat yang kecil dan sempit, tak banyak air yang bisa kutumpahkan. Aku hanya bisa menahan air panas hingga mulutku menggembung dan menelannya kembali, begitu seterusnya. Aku poci teh yang hanya bisa bersenandung lirih dalam hati.</span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-63660085842542283942010-10-19T20:08:00.000-07:002010-10-19T20:09:15.339-07:00<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Aku seperti lentera usang tanpa guna,</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">dengan debu-debu ringan menebal karena tak pernah kau rawat,</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">dengan sumbu panjang yang lembab karena tak pernah kau nyalakan.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Aku seperti lentera tua di sudut kamarmu,</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">tak pernah kau sentuh,</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">namun juga tak ingin kau buang.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Aku,</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">hanya lentera penghias sepi.</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><br />
<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">*suatu malam*</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-17044722812249134572010-10-19T20:03:00.001-07:002010-10-19T20:04:20.872-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message"><span class="UIStory_Message">Ini mawar putih kesukaanmu. . Pandangi saja indahnya, cium wanginya. Biar aku yg menggenggam durinya untukmu. . Apalah arti sakit ini, bila bahagiamu adalah bahagiaku. .</span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-89125473224654891692010-10-05T00:23:00.000-07:002010-10-05T00:23:17.637-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message"><span class="UIStory_Message">Wahai manusia-manusia dengan wajah rupawan, masihkah kau merasa bangga dengan apa yang kau miliki sekarang? Tidakkah kau sadar bahwa kecantikan dan ketampananmu itu hanya beberapa milimeter dari tulang belulangmu?! dan dalam hitungan detik, Dia bisa mengambil keindahanmu,menjadikanmu buruk rupa slamanya. <br />
</span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message"><span class="UIStory_Message">Wahai manusia-manusia angkuh, para hartawan dan kuasawan, apa yang bisa kau banggakan dari secuil nkmat yang <span class="text_exposed_hide"></span><span class="text_exposed_show">dititipkan kepadamu?! <br />
<br />
Bila tanpaNya kau hanya sebuah raga tak bernyawa, apakah masih pantas dirimu disebut HEBAT?!</span></span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-51049602857746653502010-10-05T00:18:00.000-07:002010-10-05T00:18:13.807-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message" style="color: red; text-align: center;"><span class="UIStory_Message">Aku bukan satpam hatimu. .! Lakukan sesukamu. . Biar semua pintu dan jendela hatimu terbuka. . Ku tak takut kehilanganmu. . Karena ku tau kau pun tak ingin dicuri olehnya. .</span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-30100115517979543532010-09-22T22:44:00.000-07:002010-09-22T22:44:02.995-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="color: blue; font-weight: normal;"><span class="UIStory_Message">Bedanya curhat cewek dan cowok: </span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="color: blue; font-weight: normal;"><span class="UIStory_Message">(1) Cewek mencurahkan isi hati sedangkan cowok mencurahkan isi pikiran, </span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="color: blue; font-weight: normal;"><span class="UIStory_Message">(2) Cowok cenderung mengungkapkan masalah, sedangkan cewek cenderung mengungkapkan akibat masalah.</span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-19972735571043339722010-09-22T22:39:00.000-07:002010-09-22T22:39:41.708-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="text-align: center;"><span class="UIStory_Message">Tak perlu memenjarakan hatinya, hanya karena takut khilangan. Jika benar cinta, ia takkan sejengkalpun meninggalkanmu meski kau "tertidur", karena cinta TULUS tidak pernah punya alasan untuk menyakiti. Dan jika tak benar-benar cinta, ia kan selalu menciptakan kesempatan untuk menyelinap pergi dari hatimu meski kau "terjaga", karena cinta BULUS selalu pnya alasan utk menyakiti.</span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-89012965680713240792010-08-30T01:23:00.000-07:002010-08-30T01:23:49.773-07:00TakuuuuuuutBrakk!!! suara itu membuatku beranjak, merampas kantuk yang sejak tadi menggelayuti kelopak mataku. Jantungku berdetak lebih kencang, lalu kuhampiri jendela, mencari tahu apa yg terjadi di luar sana melalui teralis besi yang masih terhalang rapat oleh kaca jendela yang sengaja tak kubuka.. hufft tak ada apa2, jg tak tampak siapa-siapa... kuhembuskan napas lega, namun kumasih berdiri, mataku masih menyusuri setiap jangkauan sudut pandang di luar sana. Gerimis, sepi, dan gelap! Lalu tampak sesosok pria bmantel hitam di kejauhan, berjalan terseok di tengah hujan yang terus mengguyur, seram! seolah menghampiriku seraya menyeringai dan seketika aku teringat, pembunuhan bermodus perampokan, beberapa meter dari tempatku berdiri sekarang... dag dig dug takuuuut!!! Ceklik Ceklik kuputar kunci duakali ke arah kanan, dan kupastikan pintu telah benar2 terkunci ... dan kini aku mrasa sedikit aman.....Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-44525969764580017802010-07-26T22:28:00.000-07:002010-08-13T02:05:29.982-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="color: #38761d; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span class="UIStory_Message">Tenanglah sobat! Kita kan selalu bersama mengarungi gelombang kehidupan ini. Jangan pernah merasa lelah dan takut tenggelam karena hati kita telah terpaut erat, lebih erat dari genggaman jari kita. Lihatlah disana, tak lama lagi kita akan segera menepi, di pulau kebahagian, bersama... berpayung pelangi senja ^^</span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-71280929818182231312010-07-06T00:24:00.000-07:002010-07-06T00:24:28.343-07:00<div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: center;"><span style="font-size: large;">Setiap orang punya masa dimana ia sangat kuat dan dimana ia menjadi sangat rapuh. Bukan persoalan ada dimana ia sekarang, tapi bagaimana ia bisa tersenyum dan berdiri tegak di tiap masa. </span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-19713264013548170792010-06-27T18:57:00.001-07:002010-06-27T18:57:00.033-07:00Bunga KristalNamanya bunga kristal. Cantik, indah, juga mahal. Bukan bunga murahan, bukan bunga di tepi jalan, bukan bunga liar. Tidak semua orang bisa menyentuhnya, apalagi memilikinya. Sayangnya, ia mudah pecah jika terjatuh. Ia yang selalu terpekur di dalam vas keramik yang keras. Hanya bisa mengintip dunia dari lubang kunci, seraya berteriak dalam hati, "aku ingin bebas memilih bahagiaku!"<br />
<br />
Suatu ketika, ia melihat bunga rumput diantara ilalang. Lincah, bebas, tegar, kuat, tak takut terjatuh dan kotor. Tawanya lucu, tatapan matanya nakal. Ia menarik, sangat menawan, indah... meski tanpa vas keramik. Itu yang membuat bunga kristal jatuh hati. Hati mereka terpaut, meski berbatas vas bunga. Bunga rumput mengajarinya tentang angin, tentang hujan, petir, matahari, bulan... tentang apapun! Juga tentang langit yang tak selalu berwarna biru segar.<br />
<br />
Pagi itu, bunga kristal menggeliat hebat, mengambil nafas panjang dan mendorong tubuhnya sekuat tenaga, dan Oh!! Vas keramik itu berguling, jatuh menghantam tanah, hancur. Kristal tersungkur, melihat sekujur tubuhnya yang retak seraya memunguti pecahan daunnya yang terserak. Ia berdiri dan berjalan meninggalkan vas keramik yang angkuh. Lalu menghempaskan badannya di antara ilalang, memandang bunga rumput yang berdiri di depannya. Matanya mengerling, manja, dan nakal, namun bersahaja. Kristal mendekat, mendekap erat bunga rumput dan mendekatkan bibirnya tepat di telinga rumput, lalu bisiknya, "ajari aku tentang hidup, aku memilihmu kasihku...." ^^Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-1662385324925172442010-06-27T18:48:00.001-07:002010-06-28T02:26:27.945-07:00<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cjatim02%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cjatim02%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cjatim02%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Verdana;
panose-1:2 11 6 4 3 5 4 4 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:536871559 0 0 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:IN;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
@page Section1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: 12pt;">aku memilihmu dengan mata hati, bukan dengan mata kepala<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: 12pt;">aku menjagamu dengan kepercayaan, bukan dengan prasangka<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-indent: 0.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: 12pt;">aku mengekangmu dengan rasa sayang, bukan dengan rasa takut<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: 12pt;">aku mengikatmu dengan perhatian, bukan dengan keakuan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: 12pt;">aku menjatuhkanmu dengan kesabaran, bukan dengan amarah<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: 12pt;">aku melepasmu dengan cinta, bukan dengan benci<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: black; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: 12pt;">dan aku membangunkanmu dengan ciuman lembut, bukan dengan dengkuran keras!</span><br />
<br />
<span style="font-size: 12pt;">hahahaaaa . . . . </span><br />
<span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-45279433512753073632010-06-27T17:44:00.000-07:002010-06-27T17:44:53.774-07:00Akhirnya...<br />
<br />
Hanya bisa diam memasung rindu,<br />
Biarlah...<br />
Biar pergi tanpa duka,<br />
Biarlah...<br />
Biar datang tanpa suka,<br />
<br />
Usahlah berucap,<br />
Biarlah...<br />
Biar hati terbiasa tanpa rasa,<br />
Biarlah...<br />
Biar pikir terbiasa mengecap pahit,<br />
<br />
Biar dan biarlah...<br />
Biar hilang sudah.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-1224433606815395662010-06-25T01:43:00.000-07:002010-06-25T01:44:15.542-07:00Kursi Kayu<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ada kursi kayu dengan empat kaki yang kuat untuk menopang beban tubuh hingga 100 kg. Ia sudah seringkali menjadi tempat duduk yang nyaman bagi orang-orang dengan beban tubuh beragam. Pernah pula, beberapa kali diduduki oleh pria berbadan tambun dengan berat lebih dari 100 kg, tapi kuat!!</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"></div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
Namun suatu ketika, seorang pria dengan berat badan 70 kg menyempatkan duduk di sana. Dan, "bruaakkk...!!!", dia terjatuh karena satu kaki kursi itu patah. Banyak yang bilang, ini kesalahan orang yang terakhir duduk.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;">Semua orang mengira bahwa kursi kayu itu selalu kuat, padahal kursi kayu juga bisa patah. Kenapa dari dulu tak pernah ada yang merawatnya?? Kalau sudah patah, semua hanya bisa bertanya, "kenapa bisa patah?", padahal mereka yang berbuat.</div><div style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br />
</div><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kasian orang yang terakhir duduk, ia jadi merasa sangat bersalah.</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-2670804413813977272010-06-25T01:32:00.000-07:002010-06-25T01:32:58.174-07:00<div style="color: #38761d;">Seandainya aku boleh memilih,</div><div style="color: #38761d;">Ingin menjadi apa jika aku dilahirkan kembali?</div><div style="color: #38761d;">Maka jawabku, aku ingin menjadi laki-laki.</div><div style="color: #38761d;">Kamu tahu kenapa?</div><div style="color: #38761d;">Karena aku tahu benar, bagaimana cara menghargai perempuan.</div><div style="color: #38761d;"><br />
</div><div style="color: #38761d;">Seandainya aku diijinkan untuk hidup abadi,</div><div style="color: #38761d;">Maka aku tidak akan memilih menjadi manusia.</div><div style="color: #38761d;">Kamu tahu kenapa?</div><div style="color: #38761d;">Karena manusia selalu berbuat kerusakan di muka bumi ini.</div><div style="color: #38761d;"><br />
</div><div style="color: #38761d;">Dan seandainya aku harus mati besok,</div><div style="color: #38761d;">Maka aku akan memilih menjadi rumput liar.</div><div style="color: #38761d;">Kamu tahu kenapa?</div><span style="color: #38761d;">Karena kematianku tidak akan menyisakan kesedihan bagi siapapun.</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-49827323901527893012010-06-25T01:22:00.000-07:002010-06-25T01:22:12.497-07:00<span style="color: #6aa84f;"><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">.....berterima kasihlah pada orang yang telah berbuat baik kepadamu, bukan karena apa yang dia beri, tetapi karena mengapa ia memberimu.....</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-54343918698335055602010-06-25T01:19:00.000-07:002010-06-27T21:16:20.328-07:00<div style="color: #cc0000;">Kulihat langit malam ini,</div><div style="color: #cc0000;">dari sela jendelaku yang rapuh</div><div style="color: #cc0000;"><br />
</div><div style="color: #cc0000;">Tampak seraut wajah di sana,</div><div style="color: #cc0000;">di antara cahaya langit</div><div style="color: #cc0000;"></div><div style="color: #cc0000;">Ia tersenyum,</div><div style="color: #cc0000;">hangat kurasa</div><div style="color: #cc0000;"><br />
</div><div style="color: #cc0000;">Gelora asmara mulai memetik dawai hati,</div><div style="color: #cc0000;">dan sebuah melodi pun mengalun lembut,</div><div style="color: #cc0000;">dalam malam...</div><div style="color: #cc0000;"><br />
</div><div style="color: #cc0000;">Sungguh,</div><div style="color: #cc0000;">ini rindu yang sempurna, kasihku...^^</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-70539562902334193402010-06-25T01:14:00.000-07:002010-06-25T01:14:59.035-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="color: orange;"><span class="UIStory_Message">Jangan mau dikejar masalah, jemput masalahnya! Tantang dia! Hajar, pukul KO! Jadi pemenangnya dan tersenyumlah untukku. .^^</span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-12167957383112926812010-06-25T01:07:00.001-07:002010-06-25T01:07:28.298-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message">, , , seandaix JIKA tidak bersyarat, tidak akan ada MUNGKIN apalagi TDK , , ,</span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-73522349399169468422010-06-25T00:59:00.000-07:002010-06-25T00:59:00.931-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message"><span style="color: #a64d79;">Pergilah. . . jika aku bukan bahagiamu. . . dan aku kan tetap di sini, tersenyum, melihatmu dari kejauhan . . .^^</span></span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-12442992387550770532010-06-25T00:49:00.000-07:002010-06-25T00:49:35.912-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="color: #38761d; text-align: right;"><span class="UIStory_Message">Laki-laki itu seperti pasir. Kalau digenggam terlalu erat, maka ia akan keluar dari sela-sela jarimu sedikit demi sedikit, tak terasa. Hingga kau sadari, ketika kau buka tanganmu, hanya tersisa beberapa butir pasir di telapakmu dan ia tak mampu lagi kau genggam. </span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="color: #38761d;"><span class="UIStory_Message"><br />
</span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="color: #38761d; text-align: right;"><span class="UIStory_Message">Maka rapatkan jarimu, buat mangkuk cantik dengan kedua telapak tanganmu. Wadahi pasirnya, jangan terlalu banyak mengguncang agar ia tak mudah tumpah. Lalu genggam dengan lembut, buat ia merasa nyaman dalam hangat tangkupan telapakmu...^^</span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message"><span style="color: #38761d;"> </span><span class="text_exposed_show"><br />
</span></span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-42262938445330851652010-06-25T00:43:00.000-07:002010-06-25T00:43:01.236-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="text-align: center;"><span class="UIStory_Message"><span style="color: magenta; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Tersenyumlah, buat semua terasa indah. Karena besok, hari ini akan menjadi masa lalu, begitu juga seterusnya, tanpa terasa... sampai suatu saat kamu akan merindukan hari ini, seperti kamu merindukan masa-masa lalu yang lebih dulu tertinggal...^^</span></span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message"> </span></h3><h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}"><span class="UIStory_Message"><br />
</span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6116497464139297004.post-4194877263024783552010-06-25T00:38:00.000-07:002010-06-25T00:38:59.233-07:00<h3 class="UIIntentionalStory_Message" data-ft="{"type":"msg"}" style="color: #e06666; text-align: right;"><span class="UIStory_Message">Perempuan itu seperti secangkir kopi panas. Bisa mencairkan dinginmu, bisa menyegarkan pikiranmu, bisa menjadi teman di saat santai dan gundahmu. Tapi perlakukan dia dengan lembut, agar ia tak melukaimu jika tertumpah. Tiup perlahan-lahan dari tepi cangkir, minum sedikit demi sedikit. . lalu tutup rapat, buat ia menjadi sangat istimewa untukmu. Jangan biarkan ia send<span class="text_exposed_hide"></span><span class="text_exposed_show">iri terlalu lama, terbuka dan tertiup angin, karena itu akan membuatnya dingin dan tidak nikmat lagi.</span></span></h3>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05772859789992995427noreply@blogger.com0